Selasa, 13 Juli 2010

Bangkai yang Mengandung Nikotin Lebih Susah Terurai

img
Ilustrasi (foto: spiritualendeavor)

Jakarta, Sebuah penelitian menemukan bangkai yang mengandung nikotin akan lebih susah terurai dalam tanah. Hal yang sama juga akan akan terjadi pada mayat manusia yang mengandung banyak nikotin.

Penemuan ini hasil penelitian dari Christopher Rogers dari University of Wolverhampton yang menemukan bahwa nikotin dapat mengacaukan tanda-tanda untuk menentukan post martem interval (PMI) atau lamanya waktu sejak kematian hingga mayat ditemukan yang merupakan salah satu infomasi penting dalam mengungkap kasus pembunuhan.

Selama ini ilmu forensik punya keterbatasan dalam memperkirakan interval waktu sejak kematian hingga mayat ditemukan.

Petunjuk berupa aktivitas serangga dan pengurai paling banyak digunakan, namun kurang dapat diandalkan pada mayat yang hanya digeletakkan atau dikubur tetapi tidak terlalu dalam. Semakin lama mayat tergeletak, semakin banyak faktor yang mengacaukan petunjuk tersebut.

Nah, dengan memeriksa kondisi tulang rawan pada mayat bisa jadi petunjuk menentukan kapan waktu kematiannya. Sayangnya, jika ada kandungan nikotin dalam tubuh bisa mengacukan tanda-tanda lain.

Dikutip dari Newscientist, Selasa (13/7/2010), petunjuk lain yang hingga kini jarang diteliti adalah kondisi tulang rawan. Jaringan tersebut tidak dialiri oleh darah sehingga penguraiannya membutuhkan waktu relatif lebih lama dibanding jaringan lainnya.

Pengujian yang dilakukan Rogers dengan memendam kaki babi sebagai simulasi mayat manusia yang dikubur tidak terlalu dalam.

Setelah diamati selama 13 pekan, petunjuk di dalam tulang rawan ternyata lebih jelas karena jaringan lunak tersebut terlindung dari kontaminasi faktor eksternal. Petunjuknya berupa kristal mineral yang terbentuk pada minggu ketiga, dan menghilang pada minggu keenam.

Rogers meyakini kristal mineral tersebut dapat menjadi petunjuk kuat untuk menentukan waktu kematian, namun ia menyarankan penelitian lebih lanjut. Untuk bisa digunakan, eksperimen pada kondisi tanah yang berbeda temperatur dan kelembaban harus memberikan hasil yang konsisten.

Sementara itu dalam penelitian terpisah, Andrew Chick dari Nottingham Trent University mengungkap faktor yang mengacaukan perkiraan waktu kematian adalah nikotin, yang masih ditemukan pada mayat seorang perokok.

Chick membuktikannya dengan meletakkan 3 bangkai babi di hutan. Dua babi diberi injeksi nikotin pada kerongkongan (salah satu lokasi penumpukan nikotin pada mayat perokok), sementara 1 babi tidak diberi perlakuan apapun.

Bangkai babi itu rencananya akan dibiarkan selama 5 tahun. Namun hasil pengamatan pendahluan telah menunjukkan hal yang menarik terkait proses pembusukan yang terjadi.

Pada bangkai babi yang disuntik, lalat dan kumbang mula-mula menghindari daerah kerongkongan yang mengandung nikotin. Begitu hinggap, lalat hanya meninggalkan sebutir telur di tempat itu dan bukan segerombol seperti yang dilakukan pada bangkai babi yang tidak disuntik.

Begitupun setelah menetas, ternyata belatung yang tumbuh cenderung menghindari daerah yang disuntik nikotin. Akibatnya bangkai yang disuntik nikotin diperkirakan akan mengalami penguraian lebih lambat.

Jika pengulangan dari eksperimen ini menunjukkan hasil konsisten, berarti nikotin dapat mengacaukan tanda-tanda untuk menentukan waktu kematian.

Maka itu sebelum memeriksa kondisi mayat, ahli forensik harus menentukan dulu apakah mayat yang dihadapi adalah mayat perokok atau bukan.
(up/ir)

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda